Mengenal Fenomena Writers Block Si Sahabat Penulis

Ditulis oleh gap, 27 Juni 2021

Siapa di sini yang hobi menulis? Hampir setiap orang pasti tidak asing dengan kegiatan menulis. Hampir setiap hari kegiatan yang dilakukan orang-orang tidak lepas dari bacaan dan kemudian menuliskan ide mereka ke berbagai media, baik berupa alat tulis maupun digital. Sebagai orang yang hobi menulis, tentunya hal ini merupakan ‘surga dunia’ yang sangat mereka dambakan. Namun, pernah gak sih tiba-tiba kalian kehilangan ‘kekuatan’ untuk menulis? Tiba-tiba kalian tidak tahu harus bagaimana mengisi kekosongan media yang ingin kalian coret-coret dengan rantai kata itu. Padahal, sebelumnya menulis menjadi hal yang paling lumrah untuk kalian lakukan. Fenomena seperti ini disebut dengan istilah wirters’s block.

Writer’s block merupakan suatu kondisi di mana seorang yang biasa sangat lancar dalam menuangkan ide atau gagasan lewat karya tulis mendadak kehilangan kemampuannya dalam menulis. Loh, kok bisa kehilangan kemampuan menulis? Tunggu dulu! Kehilangan kemampuan menulis di sini bukan berarti seorang penulis benar-benar sudah tidak bisa lagi menulis. Kehilangan kemampuan ini memilik maksud bahwa si penulis tiba-tiba merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus mengekspresikan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka. Mereka yang biasanya begitu lancar dalam berkreasi di atas keyboard atau menggerakkan bolpoin ke sana kemari, tiba-tiba diam dan hanya bisa mengetuk-ngetuk layar dan bolpoin sambil menatap media kosong yang ada di hadapan mereka. Kondisi ini muncul biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.

Faktor internal timbul dari si penulis sendiri. Salah satu penyebab yang biasa memicu terjadinya writer’s block bangkit karena penulis sudah terlalu sering bergelut dengan ide dan medianya, sehingga secara tidak langsung emosi dan pikiran si penulis merasa lelah dan membutuhkan waktu sejenak untuk rehat dari semua itu. Bagi kalian yang mungkin sedang mengalami writer’s block karena hal ini, kalian bisa coba dengan menenangkan diri terlebih dahulu. Kalian bisa berbaring sejenak dengan mendengarkan musik klasik atau menikmati sinar matahari serta udara segar bersama sebuah buku dan minuman favorit. Dengan memberikan waktu untuk pikiran melakukan ‘peregangan’, penulis bisa kembali mengekspresikan ide-ide yang dituangkan menjadi sebuah karya. Selain itu, ada juga faktor yang bisa memengaruhi seseorang yang secara tiba-tiba ‘buntu’ menulis, yaitu gelisah. Bagaimana gelisah bisa membuat orang jadi gagal menulis?

Gelisah yang dimaksud adalah perasaan was-was terhadap karya tulis yang mereka buat nantinya tidak bagus atau tidak akan menggaet banyak atensi sehingga karya itu hanya menjadi angin lalu. Beberapa penulis memang sangat berorientasi dengan popularitas. Tak banyak yang beranggapan bahwa penulis yang baik adalah penulis yang karyanya sangat laku atau banyak pembacanya. Hal-hal seperti inilah yang membuat penulis merasa takut dan khawatir ketika mereka hendak mengekspresikan imajinasi ke dalam barisan kalimat dan menjadi konsumsi umum. Rasa takut yang berlebihan inilah yang akhirnya memicu writer’s block dan si penulis sulit sekali mengeskpresikan diri lewat karya tulis. Padahal, menulis tidak hanya melulu tentang monetisasi atau sekadar merangkai huruf menjadi kata dan kalimat yang berbaris di atas kertas, tetapi juga sebuah seni berprikir kreatif lewat keefektifan dan estetika pemilihan kata.

Selain faktor dari dalam, faktor dari luar diri (eksternal) juga punya pengaruh untuk memicu writer’s block. Hal yang paling dekat untuk menjadi pemicu ini adalah suasana lingkungan yang kurang mendukung. Jika bisa, cobalah mencari suasana baru di tempat yang berbeda agar pikiran jadi lebih ‘terbuka’ sehingga ide-ide bisa dengan mudah hadir di kepala. Bisa juga penulis mendekorasi ulang ruangan yang biasa digunakan sehingga mendapatkan nuansa yang berbeda tanpa harus berpindah tempat. Suasana monoton sangat memungkinkan penulis kurang bisa mendapat inspirasi baru. Selain itu, hal yang dapat memicu writer’s block adalah perasaan siaga. Siaga apa sih yang dimaksud?

Siaga yang dimaksud adalah sikap kehati-hatian penulis terhadap karyanya yang khawatir bila akan dibandingkan dengan karya orang lain. Pada dasarnya memang tidak ada manusia manapun yang ingin dibanding-bandingkan satu sama lain, begitupun dengan penulis. Mereka yang menghasilkan karya lewat tulisan merasa bahwa membanding-bandingkan karya yang satu dengan yang lain hanya akan menimbulkan beban baru karena dianggap karya mereka tidaklah lebih baik. Bahkan, tak jarang dari perilaku membanding-bandingkan ini bisa memicu stres hingga depresi. Kedua hal tersebut benar-benar bisa memblok pikiran tenang kita. Daripada membandingkan karya yang satu dengan yang lain, ada baiknya memberikan kritik dan saran yang hanya terfokus kepada subjek yang menerima tanpa menarik ‘objek’ lain sebagai pembanding.

Menulis merupakan media ekspresi yang menyenangkan. Dengan menulis, kita bisa mempertajam kemampuan berpikir kreatif lewat kata-kata. Menulis adalah kebebasan. Tidak seharusnya menulis menjadi sebuah beban untuk dilalui. Dengan menulis, kita jadi lebih “kaya” karena dapat menjelajah kosakata baru ketika kita ingin merangkai kalimat sampai menjadi satu kesatuan paragraf yang utuh. Maka, alih-alih khawatir dan terlalu mementingkan orang lain, sebaiknya fokus pada diri sendiri untuk terus mengasah kemampuan menulis.

 

Sumber foto    : scriptoria.org

 

 

 

 

Komentar (0)
Belum ada komentar
Masukan Komentar Anda :
Sajak Untuk Bumi
Sajak Untuk Bumi

Bumi sudah merenta Waktu telah mengais puing raganya Raga yang mulai gemetar     Aku menghadap ke[..]

Ditulis oleh arg

Venus: Goddess of Love and Beauty
Venus: Goddess of Love and Beauty

[..]

Ditulis oleh kts

Tak Ku Sangka Dia
Tak Ku Sangka Dia

[..]

Ditulis oleh Ayu Kirani Azzahra

Listen Before I Go
Listen Before I Go

  [..]

Ditulis oleh kts

Filosofi Kemerdekaan
Filosofi Kemerdekaan

[..]

Ditulis oleh Ahmad Frizar Baharrizky

Mentari Rembulan
Mentari Rembulan

Sabarlah Ibu, [..]

Ditulis oleh Dikanio Hanif Purnomo

Percakapan di Kedai Kopi
Percakapan di Kedai Kopi

[..]

Ditulis oleh gap

Senja Bersama Ayah
Senja Bersama Ayah

Aku duduk termenung di sebuah pondok kecil buatan ayahku. Pondok yang letaknya menghadap matahari terbenam, sambil menatap hamparan sawah yang meng[..]

Ditulis oleh Rindah

Menghargai Arti Pertemuan
Menghargai Arti Pertemuan

Hai, Bumi ... Mungkin kau sudah terlalu lelah dengan semua ini Terlalu lelah untuk menghadapi tingkah egois manusia Makin t[..]

Ditulis oleh Putri Nur Hidayah Komaria