Ditulis oleh Ayu Kirani Azzahra, 29 Agustus 2021
Hari ini aku melihat seorang pria yang begitu ta'at akan agama dan perilakunya yang sangat baik, langsung menuju ke masjid saat azan berkumandang. Aku hanya bisa memandangnya pergi berlalu menghilang dari penglihatanku. Saat aku melihatnya aku merasa dadaku berdebar kencang diikuti perasaan yang tak karuan. Aku berharap akan bisa bertemu lagi dengannya di cafe ini. Beberapa hari kemudian aku dan teman-temanku sedang berada di cafe yang kemarin. Cafe yang sudah mengambil alih perhatianku berharap bisa bertemu lagi dengannya, sembari aku menunggu mata kuliah berikutnya.
Namaku Syana Alfiana, mahasiswi S1 yang sedang berada di tingkat terakhir semester 7 dan sebentar lagi akan mendapat gelar S1. Memang agak kurang pas jika aku memikirkan seseorang yang aku tidak tau siapa namanya hingga membuatku tidak fokus dengan pengolahan data yang sedang kulakukan, padahal hal ini adalah kewajibanku saat ini. Namun apa daya soal perasaan yang saat ini kurasakan tidak bisa aku kontrol.
Pagi ini aku pergi ke kampus dengan menaiki bus. Tak kusangka di halte terdapat sosok dia yang aku kagumi. Aku yang melihat dia berzikir sembari menunggu bus semakin membuat diriku ingin memilikinya. Sesekali kulirik dia dan pada saat yang bersamaan mata kami pun bertemu. Seketika itu aku memalingkan wajahku. Bila sekarang aku melihat cermin, aku yakin wajah ku sudah sangat merah seperti udang rebus. Tak lama bus pun tiba, aku pun segera menaikinya dan duduk di salah satu kursi di belakang Pak Supir. Kemudian dia yang sedari tadi aku lirik, duduk di samping ku karena memang hanya tinggal satu kursi yang tersisa. Selama di perjalanan, jantungku tak berhenti berdebar kencang sampai aku takut kalau dia mendengarnya. Perjalanan itu pun hanya berisi dengan degupan cepat jantungku, hingga tanpa kusadari aku telah sampai di tujuan. Aku pun segera turun dari bus dan berjalan menuju kelas ku. Merasa kalau dia juga turun, aku pun menengok ke belakang untuk memastikan. Benar saja dia sekarang tengah berjalan searah dengan aku. Namun kemudian dia berjalan menuju ke ruang dosen. Aku sangat penasaran apa yang dilakukannya di ruang dosen itu. Apakah dia ada janji untuk bertemu dengan dosen atau ada hal lain? Tanpa aku sadari, langkah kakiku sampai di kelas dengan pikiran yang masih memikirkannya. Tak lama kemudian kelas pun dimulai dan muncul lah seseorang yang aku tau betul dia siapa.
Ya ternyata seseorang yang sudah mengambil hatiku beberapa minggu lalu. Perasaan ku pun tak karuan saat mengetahui namanya. Ia adalah Muhammad Al-Fatih, dosen baru di jurusanku. Saat absen Pak Fatih memanggil namaku, tapi karena hati dan otakku sedang tak sejalan, aku kaget hingga berdiri. Satu kelas melihatku yang berdiri sendiri dengan wajah terkejut. Setiap mata kuliah Pak Fatih, aku selalu semangat untuk masuk kelas dan duduk di depan. Jarang-jarang aku mau duduk di depan.
Jam demi jam berlalu, minggu demi minggu pun berlalu dan aku masih menyukainya. Namun aku sadar posisiku sekarang tidak mungkin mendekati beliau duluan, aku hanya bisa berdoa di sepertiga malam. Kalau dia jodohku, semoga Allah memberikan jalannya. Hari demi hari berlalu aku hanya bisa mengagumi dan mencintainya dalam diam. Sampai tahun depan, hingga aku menyelesaikan S1 ku. Saat wisuda, aku yang sudah berada di dalam aula melihat kedua orang tua ku masih berada di luar. Kemudian samar-samar aku melihat Pak Fatih berjalan di tengah orang tua ku. Aku ragu kalau itu benar beliau tapi ternyata memang benar. Kedua orangtua ku sudah ada di depanku dan Pak Fatih pun begitu. Setelah banyak percakapan antara aku, orang tuaku dan Pak Fatih, ternyata ada satu hal yang aku syukuri bahwa Pak Fatih adalah anak dari teman ayahku. Apakah aku berjodoh dengannya, karena dia sudah sangat dekat denganku. Kuharap Allah mengabulkan do'a-do'aku dan menjadikan beliau suamiku.
sumber foto: Ash Gerlach on unsplash
Bumi sudah merenta Waktu telah mengais puing raganya Raga yang mulai gemetar Aku menghadap ke[..]
Ditulis oleh arg
Aku duduk termenung di sebuah pondok kecil buatan ayahku. Pondok yang letaknya menghadap matahari terbenam, sambil menatap hamparan sawah yang meng[..]
Ditulis oleh Rindah
Hai, Bumi ... Mungkin kau sudah terlalu lelah dengan semua ini Terlalu lelah untuk menghadapi tingkah egois manusia Makin t[..]
Ditulis oleh Putri Nur Hidayah Komaria